Sagi dan Capri

                Aku adalah Sagi, seorang pria tidak berkaca mata tapi nerd. Bertubuh sedikit tinggi dan berisi. Seorang “yes man!” dan memiliki playlist banyak lagu cadas. Mataku senang melihat keindahan, namun terkadang memejam sejenak sekedar untuk imaji. Aku senang berpetualang dan bertemu orang baru, namun hatiku hanya untuk Capri. Capri? Dia adalah wanita tomboy dan simpel. Bertubuh pendek dan berisi. Berjilbab, berkacamata dan memiliki kulit eksotis khas austronesia. Capri suka sekali bersepatu dan memuja sepatu yang terkadang membuatku cemburu oleh obsesinya dengan sepatu. Dia suka melakukan hal dengan relasi yang jelas dan tidak bertele-tele. Kami adalah orang yang keras kepala dan saling cinta. Kami memiliki minat dengan warna hitam dan senang menggunakan pakaian hitam. Dibalik hal itu, dia minat dengan musik santai yang konon kekinian, tentu sangat kontras dengan warnanya dia bukan? Mbak Capri adalah seorang perasa yang handal, bahkan mengetahui apa yang aku rasakan tanpa aku berbicara sepatah kata. Bagus? Tidak juga, dia memiliki labil yang sulit ditebak. Mulut selalu tertutup dan tidak berucap jika ia marah. Ngambek. 

Ketika kami saling pandang, seolah sinar kosmik beradu cepat dengan kilatan mata kami. Iya, Capri tidak sanggup bertatap mata lama dengan siapapun, terutama denganku. Tetapi tatapan Capri sangatlah tajam dan aku merasakannya ketika ia bercuri pandang denganku, aku abaikan seolah tiada tahu, namun aku merasakan energi tatapanya yang membuatku selalu lebih bahagia daripada  melakukan apapun. Apa ini kecantikan dari dalam? Iya aku merasakannya walaupun ia sangat pecicilan kesana-kemari. 

                Aku tidak pernah lupa roman di sebuah kedai kopi di Kota Tua. Secangkir kopi hangat malam itu, mengusir rasa lelahku membawa si merah, tuts synth kesayangan dan laptop di tas, aku habis dari panggung. Kami bercengkrama lama dan lekat. Namun tiba-tiba lampu redup dan mati. Seisi ruangan sangat gelap dan tidak terlihat apapun, termasuk cangkir hangat yang sedang aku nikmati kopinya. Namun mata anak itu menatap mataku dan aku menatap matanya. Kami terdiam dan tersenyum. Aku merasakan pandangan yang sangat dalam dan aku menatap Capri sangat dalam. Cinta saling terucap dari mata kami yang terang di dalam ruangan yang gelap.  

                Pernah kami menonton acara konser yang terletak di Kota dingin. Konser yang sangat bagus dan sedikit nyeleneh karena diadakan di dalam hutan. Pada waktu itu, entah mengapa para penonton tidak mendapatkan kendaraan untuk mencapai panggung. Maka kami memutuskan berjalan kaki ke lokasi panggung. Langkah Mbak Capri sangatlah cepat dan meninggalkan kami di belakang. Aku berusaha mengejarnya dan membujuk Capri untuk menunggu teman-teman kami dibelakang. Sinyal tiada masuk ke ponsel, akan sangat sulit jika terpencar. “Jangan rangkul! Jangan ganggu! Kamu tau kan?” Kata Capri dengan penekanan intonasi di akhir kalimat. Aku membujuk dan terus membujuk. Akhirnya Capri berhenti dengan wajah sedikit kesal denganku dan menunggu teman-teman kami. Konon ada mitos, ketika berjalan jauh dengan manusia, maka sifat asli manusia tersebut akan terlihat, alam seolah memberi tahuku bahwa Mbak Capri adalah wanita ego, berkemauan kuat dan bertujuan kedepan. Jika masalah datang, ia akan meninggalkan siapapun dan berusaha sendiri. Sok Kuat! Alam seolah memberi petunjuk, mengenai apa yang harus aku lakukan dengan Capri. Ternyata benar, hubunganku berakhir karena aku tidak bisa berjalan bersama Capri dengan sifat aslinya. Hanya itu? Ada hal lain yang lebih kuat. 

                Konser sangat seru dan aku suka dengan lagu yang dibawakan. Lagu yang sangat independent dan indah. Aku mulai mengenal musik Inggris kesuakaanya dan menjadi lagu yang sangat aku hindari jika tidak sengaja terdengarkan, karena aku memiliki kenangan yang dalam dengan lagu-lagu tersebut dengannya. Dibawah rintik hujan kita saling berpelukan hangat. Seolah kamera akan memiliki memori yang terbatas dibanding dengan mataku dan perasaanku ketika kami bersama di saat itu. Bibir ia terucap kata maaf dengan sikap ia ketika mendaki bukit tadi. Aku mengangguk dan mengusap kerudung birunya. 

                Tak terasa konser berakhir dan saatnya kembali beristirahat. Suasana jalanan sangat ramai dan macet. Bahkan untuk berjalan kaki saja sulit. Sesampai di warung, Capri terlihat bertransaksi dengan Ibu warung dan membawa botol aqua yang besar. “Nih, haus kan kamu?” Tanya Capri. “Iyaa.. tau aja nih pacarnya haus. hehe” Jawabku yang tanpa permisi langsung menenggak botol aqua besar dan tersisa setengah. Perutku mulai terasa penuh dengan air dan aku menghentikan minum. “Tanggung jawab dongg.. masa sisa gini?” Tanya Capri dengan tantangan. “Wahh nantangin dia, siapp deh” Jawabku dengan tegas dan lanjut menghabiskan setengah botol aqua besar. Aqua besar tersebut habis dan aku menepuk bahunya tanda tantangan darinya sudah terpenuhi. 

                Sembari menunggu macet yang mengurai perlahan, kami berjalan kaki menuju tempat kami menyimpan kendaraan, karena masih jauh, kami melanjutkan perjalanan dengan ojek yang memangkal. Kami menaiki ojek dengan bonceng tiga. Capri duduk di paling belakang dan memelukku dengan hangat. Kami mengobrol biasa, namun aku merasa makin sayang semakin dalam dengan Capri. “Aku suka memelukmu dari belakang, begitupun juga aku suka dipeluk dari belakang sama kamu” Ucap Capri pelan. “Semoga aku bisa peluk kamu terus yah, aku sayang kamu” Jawabku. “Gombal!” Seru Capri. Aku ingin mengacak-acak kerudungnya, tapi aku harus ingat kalau aku lagi di motor dengan posisi bonceng tiga. Sederhana, sangat membekas dan terngiang di kepalaku.  

                Suatu ketika, Capri pindah tempat kerja, demi karirnya yang lebih maju. Namun di tempat kerjanya, ia menjadi pribadi yang sangat sibuk dan itu membuat kami tidak bertemu selama 2 bulan. Ia juga menghilang dan tidak bisa dihubungi. Bahkan ketika aku sakit dan nyaris mencapai batasanku, ia tidak menjenguk bahkan menelepon saja tidak. Padahal tempat perawatan adalah di kota sebelah tempat Mbak Capri bekerja.  Aku butuh dia. Butuh untuk melihat wajahnya dan bercengkrama saja. Tidak perlu merawatku. Kamu kan sibuk. Tidak perlu menemaniku 24 jam penuh, kamu kan dibutuhkan kantormu. Sebentar sajapun tidak ia lakukan. Sebentar 5 menit? Melalui telepon atau  video call? Tidak dilakukannya sama sekali!

                Setelah hal tersebut berakhir, kami bertemu. Aku menanyakan kabar dan dirinya. Aku mendapati kalau dia memiliki masalah yang pelik dan memang tidak mau diganggu. Yepp.. Dahulu alam sudah memberi tahuku di konser alam raya setahun kemarin di kota dingin perihal sikapnya. Dingin ketika memiliki masalah dan tidak mempedulikan siapapun. 

                Kisah cinta berujung pada akhirnya yang menghilang.  Capri menghilang kesekian kalinya sama sekali tidak bisa dihubungi. Aku menjadi bingung karena aku tidak tahu apa salahku. Aku siap jika bertemu untuk membicarakan apa salahku dan aku siap berdiskusi untuk menghindari salah. Aku siap memperbaiki semuanya untuk hubungan. Tapi dia tetap menghilang tiada kabar sama sekali. Sehingga pada akhirnya, aku yang mengakhiri hubungan ini. Semua sudah berakhir dan aku tidak mau kembali. 

                Dengan siapapun sekarang, ingat pesanku, jaga dirimu baik-baik, berusahalah cocok dengan siapapun, karena pada dasarnya manusia tidak ada yang cocok, yang ada adalah berusaha saling cocok. Sehat terus ya Mbak Capri.  



Adi Pradana.
24 Desember 2019.

Read more

Sandra, meine lehrerin gesagt mir, "Adi, komm schon viele grammatik studieren, du nicht gut grammatik schreiben". "Ach so, habst du ein idee für grammatik, Sandra?" Ich gefragt Ihr. "Ich denke, du musst viele auf deutch schreiben" Sandra gessagt. "Hmm.. ich habe ein blog, ich will in mein blog schreiben" Ich sagt Sandra "Ja, das ist gute idee. Komm schon schreiben in dein blog" Sandra sagt mir. Nah, Ich will in mein blog schreiben. Wenn ich in strasse laufen, ich immer eine gute topik zu denken.

Ahh warum nicht schreiben über meine liebe freundin, lady K? Das ist gute idee.

Lady K.. hmm.. lass mich an sie denken. Lady K ist eine Frau (Ja, naturlich. hahaha :D). Sie arbeitet in eine RnD Firma (Research and Development). Sie ist eine Qualitätskontrolle Mitarbeiter. Sie immer viele software probieren und sie musst error finden. Sie hat ein case log was bugs geschrieben und der programmierer muss diese software repaireren.

Sie ist ein klein Frau. Sie habt 150 cm vielleicht. Sie tragt hijabs und sie immer schwarz hijabs tragen. Warum immer sie schwarz hijabs tragen? warum nicht blau hijab oder braun hijab? Keine ahnung. Fragt bitte die gründe zu Ihr. hahaha :P

Ihrer hobbies sind musik horen, konzert sehen, reisen machen und denk mich vielleicht. hahahaha :P

Danke für liebt mich und ich liebe dich auch.

Read more




With the lights out, it's less dangerous
Here we are now, entertain us
I feel stupid and contagious
Here we are now, entertain us
A mulatto
An albino
A mosquito
My libido
Yeah, hey, yay


Sepenggal lirik Lagu Nirvana - Smells Like Teen Spirit terdengar dari laptop Pak Agus. Lagu yang ada sebelum gue lahir, tapi gue sangat suka sekali lagunya. Seperti biasanya, Kurt selalu bikin lagu yang artinya cukup susah dipahami. Tapi konon, Kurt sendiri tidak paham apa yang diciptakannya. Dia hanya mendapat inspirasi dari label parfum mantan pacarnya yang tulisannya ‘teen spirit’.
Kurt Cobain? Ahh ia sangat depresi akibat keretakan hubungan orang tua dan masa kecilnya. Maka sejak umur 16 tahun, ia disuruh pamannya untuk membuat lagu dan mencurahkan apa yang ia rasakan di lagu tersebut. Yaa itu sangat membantu. Ia menjadi lebih kuat daripada sebelumnya. Dia bisa menciptakan karya karena hasil tuangan apa yang ia rasakan. Entah mungkin ini obat bagi dirinya. Tapi memang yah, dia mati ketika dipuncak popularitasnya karena menembakan shotgun ke kepalanya. Konon ia sangat tidak suka populer. Ia merasa depresi atas keterkenalannya sendiri.
Yang sangat gue suka dari Kurt Cobain tentu bukan bunuh dirinya, bukan karena gaya hidupnya, tentu karena karyanya dan sikap dia yang bisa menuangkan keluh kesah dan gelisah pada tiap untaian nada dan lirik. Intinya ia bisa menciptakan karya dan mengobati dirinya sendiri. Sekali lagi, ini yang gue suka dari Kurt Cobain. 


Bullying? Ahh entah mengapa gue teringat dengan kata tersebut pada sore ini. Yaa gue memang sangat menerima bullying dari kecil. Segala macam bentuk bully gue terima mulai dari cacian, hinaan, pengeroyokan hingga fitnah. Mungkin ada yang lebih parah dari gue. Tapi bully yang gue terima cukup membuat gue sangat berubah. Yang dulu gue sangat periang, berubah menjadi pemurung. Pada waktu itu, gue sangat benci kepada siapapun. Semua gue lihat adalah pertarungan. Mulai dari prestasi kelas, hingga sepak bola, gue sangat berpikiran, semua adalah pertarungan! Hukum rimba yang berlaku, yang kalah hanyalah pecundang!


Tokoh di Naruto, yang paling gue suka adalah Gaara. Entah kenapa gue ada merasa mirip dengan Gaara (Gaara bisa mengendalikan pasir, yang gue bisa cuma main pasir di pantai ^^). Apapun yang didepan gue harus takluk dan kalah. Naluri pembunuh pun bisa muncul ketika yang membully melawan dengan fisik. Ihh sereemm.. Tapi beneran Seriusan… gue waktu kecil memang begitu. Tapi gue ga pernah memulai untuk melawan, karena pada dasarnya gue emang ga suka berantem. Hmm.. peraturan sekolah juga sih yang bikin gue selalu menahan apapun untuk melakukan kekerasan. Gue takut kena DO. Palingan ikutan pencak silat buat melampiaskan kekesalan :D
Waktu SD, gue hampir selalu ranking, Bukan 3 besar sih, tapi minimal selalu masuk 10 besar. Paling rendah adalah ranking 14 besar. Rasa puas mengalahkan sebagian orang cukup terbayarkan. Tugas gue mengalahkan sisanya itulah yang selalu gue kejar.  


Oh yaa, waktu SD gue mulai suka menulis. Guru Bahasa Indonesia gue, Bu Ida, selalu menyuruh gue menulis untuk menuangkan apa yang gue rasakan. Pokoknya gue merasa tenang jika sudah menuangkan keluh kesah pada tulisan. Tiap istirahat kelas, selain main kapal-kapalan di kelas yang bikin kotor kelas dan akhirnya kena jeweran guru gue, gue juga sering menulis di ruang kelas. Awalnya pelarinan, perlahan menjadi hobi. Pada akhirnya, gue mulai membuat  novel karya gue bareng temen sebangku gue, Arif, pada jilid novel pertama, gue kasih ke temen gue, Mita. Dia membaca novel itu seharian dan membawanya pulang. Tanggapan yang baik muncul dari dia. Dia suka ceritanya dan itu menantang. Padahal, gue sendiri ga yakin sih, ya intinya nulis gitu aja. Atas keberanian yang cukup nekat, akhirnya  gue coba menjual novel kami ke temen2 sekolah dan rumah. Pada waktu itu gue membuat cerita detektif. Gue sama Arif bikin tokoh Utama, namanya detektif ding dong. Nama yang muncul ketika gue melamun di tempat ding dong. Ahh nampaknya namanya bagus. Alhamdulillah beberapa temen gue beli novel ding dong. Sebenernya gue ga mikir untung, yang penting seneng banget jika karya gue dinikmati banyak orang apalagi berguna, InshaAlloh.
Dari sinilah, gue mulai merasa berkarya. Gue juga merasakan, tidak semua temen gue jahat. Hal itu perlahan merubah diri gue.


Tak terasa SD telah usai, masuklah masa SMP. Kebetulan SMP yang gue masuk adalah favorit di kota gue. Yang dulunya gue selalu dapat rangking, sekarang hanyaa bercokol di papan tengah. Memang sangat sulit. Ranking tidak tercapai, tapi gue selalu serius dan berusaha. Hingga pada suatu saat gue masuk pada satu titik dimana gue stuck. Gue sangat kesulitan berkompetisi. Hingga gue merasa, gue tidak bisa mengalahkan semuanya.  Tapi pada saat itu, gue berkompetisi murni ingin mendapatkan prestasi bagus saja. Tidak ada perasaan ingin mengalahkan dan membuat orang lain bertekuk lutut.


Menulis? Ahh gue ikut ke tim komik temen gue, Sena, sebagai penulis sekenario dan pemasaran. Katanya sih, dia lagi butuh orang pemasaran. Konon sena juga menggaji gue pada waktu itu, sejumlah Rp 3 jutaa.. ahh engga deng, 3000 rupiah :D


Tokoh komik yang gue garap adalah Kenzo Hatame.Seorang ksatria pemberontak yang ingin menyelamatkan negaranya. Gue sering bekerja bareng Sena dan menikmati karya kami. Sena dengan gambarnya dan gue dengan tulisan yang dibuat.


Bullying? Ahh itu tetap berlanjut. Mungkin karena kami adalah remaja tanggung dan belum berotak dewasa. Belum sepenuhnya dewasa, tapi bertindak sok dewasa dan menindas apa yang lebih lemah. Tentu gue sangat sulit bagaimana gue keluar dari tekanan mental yang bernama bullying ini. Apa akan gue lawan dan menghajar semuanya? Gue sangat takut dengan aturan sekolah. Gue gamau sih, mereka yang bully, terus gue yang hajar mereka sampai wafat, tapi yang kena DO ya gue. Bullying itu kejam, dia tidak terlihat, tapi bisa mematikan bahkan bisa menamatkan apa yang telah dicapai.
Alhamdulillah, kebijakan sekolah pada waktu itu, mewajibkan siswa muslim mengikuti Rohis (Rohani Islam). Jadi di situlah gue menjadi lebih dekat pada sang pencipta, Alloh SWT. Gue merasa lebih tenang pada diri gue, entah kenapa, pokoknya tenang yang tidak bisa gue jabarkan dengan akal. Walaupun ibadah gue masih payah, tapi Hal tersebut sangat membantu gue melawan bullying. Agama sangatlah penting!


Pada kelas 3 SMP, nyokap gue bilang “Ehh di, kamu ga belajar gitar atau main musik apa di?” Hah? Alat musik? Apa yah? Hmm.. okee gue coba belajar gitar.  Pertama gue coba memetiknya, perlahan demi perlahan.. gue sangat suka. Apapun gue suka nyanyikan, semua terasa mengalir apa yang gue rasakan seiring dengan petikan gitar. Gue merasa lebih bisa menyampaikan apa yang gue rasa melalui lagu dan menulis tentunya. Ini membuat gue lebih baik :D


Maka sejak SMP gue suka ngeband, yaa gue bukan pemain musik yang hebat. Cuma entah kenapa gue sangat suka bermusik. Intinya, pokoknya segalanya tersampaikan. Ga cuma gitar yang gue pelajarin, gue juga bermain piano dan sesekali bermain synthesizer. Hingga saat ini, gue suka ngeband, bermain musik, dan membuat lagu untuk menyampaikan perasaan. Dengan berkarya, bisa menyembuhkan diri sendiri. Hal itu juga dilakukan Pak Habibie sepeninggal Ibu Ainun, ia selalu menulis untuk menuangkan apa yang ia rasa. Ia merasa, menulis adalah obat. Yaa gue juga merasa, berkarya adalah obat, benar kan, Om Cobain?


Pas SMK, guru fisika gue Pak Fauzi pernah bilang “Temukan dan raihlah satu bintang keahlianmu. Itulah yang menambah capaianmu kelak. Jangan pernah puas dengan bintang yang kau miliki” Kata yang sangat sederhana. Tapi selalu membekas hingga sekarang. Gue berusaha meraih bintang sebanyak yang gue mau.Terima kasih Pak :)


Pada akhirnya, gue hanya bisa lebih bersyukur dan menuangkan apa yang gue rasa melalui karya. Entah karya musik, software (Gue adalah abang coding, tapi ga jago2 amat :P) dan doa yang selalu gue panjatkan. Walaupun ibadah gue ga bagus2 amat. Sehingga perasaan ingin mengalahkan siapapun dan menyiksa orang yang menyerang gue, seakan sirna. Gue akuin ini tetep ga mudah.  


Soundcloud gue -> https://soundcloud.com/adi_pradana14       #PromosiDikit


Belum semua gue share di soundcloud, Karena masih belum rapi. Hehe..


Semoga berguna untuk kita semua. Gue Cuma ingin sharing apa yang gue rasakan.


Sekali lagi, ga semua temen2 gue jahat, Cuma segelintir aja yang sering lakukan bullying. Itulah jahatnya bullying, walaupun Cuma sedikit orangnya yang lakukan dan itu tidak terlihat, tapi itu sangat membekas!


Gue sudah memaafkan apa yang terjadi pada masa lalu, karena gue tau, kita adalah manusia yang selalu tak luput dari salah. Gue pribadi juga memiliki banyak kesalahan dan lemah. Gue memohon maaf jika ada kesalahan yang gue perbuat. 


Hentikan bullying, demi generasi yang lebih sukses !

#StopBullying

Read more



“Ahh.. aku mau duduk sama mas Adi..” Ujarnya sambil menggeser tubuhnya yang mungil ke arah gue. Gue langsung geser ke bangku kosong di sebelah. Begitu ia duduk, tangannya tak berhenti memukul-mukul gue dengan lucu “Ahh.. aku sama Mas Adi Pokoknya, Mas Adi gendut” Gue Cuma senyum dengan mencubit pipinya yang berwarna kemerahan. Yaa memang gue rada gendutan sih, tapi yasudah lah :P

Dia itu adik sepupu gue, anak dari om gue yg dari nyokap. Perwakan badan yang sedang, rambut bergelombang sebahu, hidung sedikit mancung, dan banyak yang bilang dia mirip sama nyokap. Orang juga bilang kalo muka gue tuh sama kayak nyokap tinggal dikasih kumis sama jenggot aja. Berarti muka gue sama adik gue yang itu yaa… mirip. Ini kan kata orang, bukan kata sayaa. Hahaha..


http://cdn-media-2.lifehack.org/wp-content/files/2015/09/04150748/brother-and-sister-walk-in-woods-1-1431880-370x208.jpg
Sumber : http://www.lifehack.org/articles/communication/20-amazing-things-about-having-little-sister.html

Cuma yang enggak banget dari dia ituuu.. yaa giginya rada maju. Entah kenapa giginya bisa maju. Rasanya tangan ini pengen sekep itu mulut sambil kasih kawat. Biar ga tambah maju. Biar ga tambah offside. Hahaa.. Dia suka banget yang namanya koleksi boneka. Selalu ia memberi nama pada bonekanya dan entah kenapa iya bisa juga menentukan kalo boneka itu cewek atau cowok. Entah imajinasi dari mana. Yang gue inget, ada 2 boneka yang dia dapet dari pesawat. Dia menamakan boneka itu… wuaduh gue lupa namanya. Salah satu boneka itu diberikan ke nyokap gue. Dia yang memberikannya sendiri. Nyokap gue seneng nerimanya dan selalu boneka itu disimpan di rak rumah. Nyokap gue juga selalu membersihkannya dari debu. Ketika dia ke Tangerang, dia selalu menanyakan boneka yang diberikan ke nyokap, yaa dia pengen tau bonekanya itu masih ada apa ngga, terus kotor apa ngga. 

“Mas Adi, ayoo kita selfie bareeeng. Nanti upload yaaah” Ajak dia sambil memanjangkan lengan dan mengarahkan handphonenya ke gue. Gue senyum dan dia senyum. Ketika gambar sudah diambil, dia melakukan selfie lagi berulang. “Ahh.. jelek semua, Mas Adi mukanya datar banget sih” Keluh dia sambil scroll layar handphone kecil dia. Gue Cuma senyum dan bilang “Ayoo kita selfie lagi” Ahh gue tuh paling ga suka di foto. Tapi kalo buat rame2, gue mah kuy aja. “Nanti aku posting, Mas Adi harus lihat yaa” Hahahaa.. gue Cuma ketawa renyah. Wuahaaa.. bocah udah bisa selfie yaah, gue mah dulu pegang hape takut kesetrum. Hahaha :P 

“Ayoo Mas Adi, nanti main Slime yaah.. ” Rengek dia “Ayooo nanti pas di rumah yaa, ayo abisin dulu makannya” Jawab gue dengan senyum. Kita sedang ada acara makan bersama keluarga di sebuah rumah makan sunda di Cibubur. Kita datang ke rumah om Budi, soalnya dia baru pindahan dari Surabaya. Awalnya Om Budi bertugas di Jakarta dan tinggal di rumah gue. Karena merasa kejauhan, Keluarganya yang dari Surabaya diboyong semua ke Jakarta. Om Budi tampak senang berkumpul dengan keluarganya di Jakarta.

https://d1doqjmisr497k.cloudfront.net/-/media/mccormick-us/recipes/mccormick/h/2000/homemade_slime_2000x1125.ashx?vd=20170428T190422Z&ir=1&width=2000&height=1125&crop=auto&quality=75&hash=236872F7BDCB7A0AC4425B2856240EAE9CA31CB7
sumber :https://www.mccormick.com/recipes/other/how-to-make-slime


Arin menumpang sepeda motor om Budi yang dikemudikan Icot, adik gue yang beneran. Entah kenapa gue liat Icot udah kayak abang ojek online. Yaa pokoknya mirip lah. Hahaha… Kalo gue bawa mobil om Aris. Bokap gue bawa mobilnya dan Om Budi membawa mobil sendiri bersama keluarganya. Kami menelusuri perumahan yang luas sekali. Kami serasa melewati labirin yang berkelok dan tiada akhir. 

Sesampainya di rumah, kami segera tanding PES dengan adik2 gue yg lain. Gelak Tawa mengiringi permainan kami. Seru sekali. Ketika gue belum giliran Main, Arin menarik tangan gue untuk mengajak main slime. Yaa seru sekali main slime. Dia kadang marah2 gara2 slimenya gue potong ngasal. Kalo marah2 malah keliatan lucu yaah. Yaa emang gue ga bakat membentuk slime, mungkin karena gue kebiasaan main tanah sama becekan daripada slime. Akhirnya giliran gue main PES tiba, sepupu gue yang lain, Andah, ikutan main slime sama Arin. 

Gue heran, gue tuh biasanya ga begitu digemari sama anak-anak. Yaa paling Cuma main bareng sama lucu-lucuan aja. Baru Arin aja, sampe nanya2 dan nyari2 gue kemanapun gue pergi. Biasanya adik2 gue yang sepupu atau anak kecil siapa gitu yaa, lebih dekat ke Icot. Soalnyaa yaa emang icot Anaknya lucu sih, dan gampang dekat ke anak2. Emang Icot orangnya mirip anak kecil, tapi yaa dia bisa juga lebih bijak dari gue. Emang aneh tuh anak. Ckckck… 

Entah yaa, gue bisa merasa lain kalo main sama adik sepupu gue yang cewek. Hmm.. kayaknya karena gue ga punya adik perempuan, yaa adik gue kan Cuma Icot itu ajaa. Sepupu gue yang cewek dari nyokap cuma dua, dari bokap cuma satu. Jadi yaa emang dikit dan langka yaah sepupu cewek di keluarga gue. Gen cowok lebih mendominasi. Hahaha.. Gue ngerasa senang dan kadang ngerasa Arin itu adik gue beneran. Yaa mungkin karena kalo lagi pas ketemu, dia nempel mulu sama gue dan ga segan cerita apapun ke gue. Apalagi cerita soal boneka2nya yg bernama macam2. 

Senang sekali yaa rasanya kalo punya adik perempuan, gue pernah hampir punya adik perempuan. Tapi nyokap gue keguguran dan akhirnya dia ga terlahir ke dunia. Gue sedih pas waktu itu dan gue rasa (bahkan emang) ga bakal gue punya adik perempuan. Menurut gue, kalo adik perempuan itu lebih suka cerita dan kalo cerita pasti lucu dan punya sisi unik tersendiri. Yaa emang sih kan sifatnya perempuan itu suka cerita dan curhat kaan :P 

Pengen sih ntar pas nikah nanti, pager ayunya yaa si Arin ini. Gatau kenapa seneng aja litanya :D 

Gue harap Arin jadi anak sholehah yaa, jadi wanita yang cantik dan ramah sama siapapun. Pokoknya apa yang dicita2kan tercapai deh :D 

Permainan memanas, skor masih bertahan imbang dan tak berubah. Sorak sorai dukungan untuk Icot terus berkumandang. Kedua tim masih jual beli serangan. Permainan semakin seru deh pokoknya. “Mas Adi, ayo main slime lagii.. ” Ajaknya sambil menarik badan gue yang sedang khusyuk main PES lawan Icot. “Iyaa nanti yaaa, Aku lagi main PES” Jawab gue dengan menatapnya sambil menepuk jidatnya yang tertutup rambut hitamnya.

Read more

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.